· PENDAHULUAN
Sistern ulir sudah dikenal dan sudah digunakan oleh manusia sejak beberapa abad yang talu. Tujuan diciptakannya sistem ulir ini pada dasarnya adalah mendapatkan cara yang mudah untuk menggabungkan atau menyambung dua buah komponen sehingga gabungan ini menjadi satu kesatuan unit yang bermanfaat sesuai dengan fungsinya. Sebelum teknologi industri maju pembuatan ulir hanya dilakukan dengan tangan dan sudah tentu hasilnya kasar. Pada abad ke 18 yaitu pada masa Revolusi Industri, Inggris mulai rnemproduksi sistem ulir dengan peralatan yang waktu itu sudah dipunyai. Karena belum ada standarnya maka antara ulir yang satu dengan ulir yang lain (ulir luar dan ulir dalam) jarang diperoleh kecocokan waktu digabungkan. Pada tahun 1841 seorang ilmuwan Inggris bernama Sir Joseph WhItworth mulai rnencoba membuat standar ulir yang hasilnya sampai sekarang dikenal dengan name ulir Whitworth. Pada tahun 1864, William Sellers, seorang ilmuwan Amerika mengembangkan sistern ulir yang kemudian digunakan di Amerika Serikat pada masa tersebut. Ulir buatan Sellers ini diberi rekomendasi oleh Franklin Institut. Weskipun demikian, ulir Sellers tidak cocok dipasangkan dengan ulir Whitworth karena sudut ulirnya berbeda.
Pada tahun 1935, American Standard mulai mengenalkan standar sudut ulir sebesar 6T. Akan tetapi masih juga belum ada standar yang sama antara beberapa negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika. Akhirnya, pada masa perang dunia kedua, terjadi persetujuan antara Kanada, Inggris dan Amerika untuk menggabungkan standar ulir Inggris dan Amerika yang sekarang terkenal dengan nama ulir Unified. Dengan ulir unified ini penggunaan sistem ulir di ketiga negara tersebut menjadi fleksibel karena adanya keseragaman dalam standarnya.
Dari sejarah singkat di atas nampak bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi perindustrian maka penyederhanaan sistem ulir pun mulai dilakukan. Dalam kaitan ini, Organisasi Standar Internasional (ISO) pun telah membuat standar tersendiri untuk sistem ulir. Perubahan‑perubahan dan pengembangan sistem standar ulir ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh komponen‑komponen yang berulir, mempunyai sifat mampu tukar (interchangeability) dan dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Sistern ulir sudah dikenal dan sudah digunakan oleh manusia sejak beberapa abad yang talu. Tujuan diciptakannya sistem ulir ini pada dasarnya adalah mendapatkan cara yang mudah untuk menggabungkan atau menyambung dua buah komponen sehingga gabungan ini menjadi satu kesatuan unit yang bermanfaat sesuai dengan fungsinya. Sebelum teknologi industri maju pembuatan ulir hanya dilakukan dengan tangan dan sudah tentu hasilnya kasar. Pada abad ke 18 yaitu pada masa Revolusi Industri, Inggris mulai rnemproduksi sistem ulir dengan peralatan yang waktu itu sudah dipunyai. Karena belum ada standarnya maka antara ulir yang satu dengan ulir yang lain (ulir luar dan ulir dalam) jarang diperoleh kecocokan waktu digabungkan. Pada tahun 1841 seorang ilmuwan Inggris bernama Sir Joseph WhItworth mulai rnencoba membuat standar ulir yang hasilnya sampai sekarang dikenal dengan name ulir Whitworth. Pada tahun 1864, William Sellers, seorang ilmuwan Amerika mengembangkan sistern ulir yang kemudian digunakan di Amerika Serikat pada masa tersebut. Ulir buatan Sellers ini diberi rekomendasi oleh Franklin Institut. Weskipun demikian, ulir Sellers tidak cocok dipasangkan dengan ulir Whitworth karena sudut ulirnya berbeda.
Pada tahun 1935, American Standard mulai mengenalkan standar sudut ulir sebesar 6T. Akan tetapi masih juga belum ada standar yang sama antara beberapa negara seperti Kanada, Inggris dan Amerika. Akhirnya, pada masa perang dunia kedua, terjadi persetujuan antara Kanada, Inggris dan Amerika untuk menggabungkan standar ulir Inggris dan Amerika yang sekarang terkenal dengan nama ulir Unified. Dengan ulir unified ini penggunaan sistem ulir di ketiga negara tersebut menjadi fleksibel karena adanya keseragaman dalam standarnya.
Dari sejarah singkat di atas nampak bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi perindustrian maka penyederhanaan sistem ulir pun mulai dilakukan. Dalam kaitan ini, Organisasi Standar Internasional (ISO) pun telah membuat standar tersendiri untuk sistem ulir. Perubahan‑perubahan dan pengembangan sistem standar ulir ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh komponen‑komponen yang berulir, mempunyai sifat mampu tukar (interchangeability) dan dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Kini, penggunaan sistem ulir untuk penyatuan dua komponen hampir terdapat dalam semua hasil teknologi. Dari hasil teknologi perindustrian yang tingkat ketelitiannya rendah (kasar) sampai pada hasil industri yang tingkat ketelitiannya sangat tinggi (presisi) tidak bisa lepas dari yang namanya ulir. Sistem ulir telah menjadi salah satu faktor penting dalam kemajuan industri pada semua jenis produksi. Makin tinggi tingkat ketelitian suatu komponen dibuat berarti makin tinggi pula tingkat ketelitian sistem ulirnya. Untuk dapat membuat komponen yang berulir maka perlu dipelajari seluk beluk mengenai ulir khususnya dalam hal sistem pengukurannya.
· PENGERTIAN ULIR
Ulir adalah suatu yang diputar disekeliling silinder dengan sudut kemiringan tertentu. Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder seperti terlihat pada gambar1a. Dalam pemakaiannya ulir selalu bekerja dalam pasangan antara ulir luar dan ulir dalam. Ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang berbentuk segitiga sama kaki . Jarak antara satu puncak dengan puncak berikutnya dari profil ulir disebut jarak bagi.Ulir disebut tunggal atau satu jalan bilahanya satu jalur yang melilit silinder, dan disebut 2 atau 3 jalan bila ada 2 atau 3 jalur. Jarak antara puncak-puncak yang berbeda satu putaran dari satu jalur disebut KISAR. Kisar pada ulir tungga lkisar pada ulir tunggal adalah sama dengan jarak baginya, sedangkan untuk ulir ganda dan tripal besarnya kisar berturut–turut sama dengan dua kali atau tiga kali jarak baginya. Ulir juga dapat berupa ulir kanan dan ulir kiri, dimana ulirkanan bergerak maju bila diputar searah jarum jam sedangkan ulir kiri diputar searah jarum jam akan bergerak mundur.
Profil ulir yang dipakai sebelumnya untuk sekrup penguatan menurut DIN 13 di Jerman sejak 1964 secara bertahap digantikan profil ISO metris internasional menurut DIN 13. Profil ISO tersebut mempunyai perbedaan terhadap profil lama terutama pada pembulatan yang besar dalam dasar ulir dari baut sehingga selimut sisinya agak lebih kecil. Ulir bulat adalah kuat dan tidak sensitif, dan contohnya dipakai untuk penempatan kopling kendaraan. Ulir trapesium dan gergaji dipakai untuk ulir penggerak.
Bentuk ulir yang paling umum digunakan adalah berbentuk “V” yaitu dipakai pada pekerjaan konstruksi dan permesinan dimana banyak bagian yang dirakit dengan sekrup at au mur dipasang ulir ata u baut

· . Fungsi Ulir
Dengan adanya sistem ulir memungkinkan kita untuk menggabungkan atau menyambung beberapa komponen menjadi satu unit produk jadi. Berdasarkan hal ini maka fungsi dari ulir secara umum dapat dikatakan sebagai berikut :
- Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulir‑ulir segi tiga baik ulir yang menggunakan standar ISO, British Standard maupun American Standard.
- Sebagai penerus daya, artinya sistern ulir digunakan untuk memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya sistern ulir pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir (transportir) pada mesin-mesin produksi, dan sebagainya. Dengan adanya sistem ulir ini maka beban yang relatif berat dapat ditahan/diangkat dengan daya yang relatif ringan. Ulir segi empat banyak digunakan di sini.
- Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya kebocoran, terutama pada sistem ulir yang digunakan pada pipa. Kebanyakan yang dipakai untuk penyambungan pipa. ini adalah ulir‑ulir Whi
MACAM-MACAM ULIR
- Sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen menjadi satu unit barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulir‑ulir segi tiga baik ulir yang menggunakan standar ISO, British Standard maupun American Standard.
- Sebagai penerus daya, artinya sistern ulir digunakan untuk memindahkan suatu daya menjadi daya lain misalnya sistern ulir pada dongkrak, sistem ulir pada poros berulir (transportir) pada mesin-mesin produksi, dan sebagainya. Dengan adanya sistem ulir ini maka beban yang relatif berat dapat ditahan/diangkat dengan daya yang relatif ringan. Ulir segi empat banyak digunakan di sini.
- Sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya kebocoran, terutama pada sistem ulir yang digunakan pada pipa. Kebanyakan yang dipakai untuk penyambungan pipa. ini adalah ulir‑ulir Whi
MACAM-MACAM ULIR
a. Dilihat dari bentuk profil alur
1. Ulir segitiga
2. Ulir segi empat
3. Ulir trapesium
4. Ulir buttress
5. Ulir bulat
b. Dilihat dari banyaknya jalan uliran
Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir dapat dibedakan menjadi ulir tunggal dan ganda. Ulir ganda artinya dalam satu putaran (dari puncak ulir yang satu ke puncak ulir yang lain) terdapat febih dari satu ulir, misainya dua ulir, tiga ulir dan empat ulir. Untuk ulir ganda ini biasanya disebutkan berdasarkan jumlah ulirnya, rnisainya ganda dua, ganda tiga dan ganda empat. Melihat bentuknya, maka satu putaran pada ulir ganda dapat memindahkan jarak yang lebih panjang darl pada satu putaran ulir tunggal.
c. Dilihat dari arah gerak ulir
Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir yaitu ulir kiri dan ulir kanan. Untuk mengetahui apakah suatu ulir termasuk ulir kiri atau ulir kanan dapat dilihat arah kemiringan sudut sisi ulir. Atau bisa juga dicek dengan memutar pasangan dari komponen‑komponen yang berulir misalnya mur dan baut. Apabila sebuah mur dipasangkan pada baut yang kemudian diputar ke kanan (searah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir tersebut termasuk ulir kanan. Sebaliknya, bila mur diputar arahnya ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju, maka ulir tersebut termasuk ulir kiri. Jadi, pada ulir kanan, kalau akan melepaskan mur dari bautnya maka mur harus diputar ke kiri. Sedangkan pada ulir kiri, untuk melepaskan murnya adalah dengan memutar mur ke kanan. Yang paling banyak digunakan adalah ulir kanan.
· .ULIR SEGITIGA
Ulir segitiga memiliki 3 standar,yaitu:
1. Standar withworth (ISO INCHI)
Contoh penulisan : W 1/2 X 12
ARTINYA : Ulir withworth dengan diameter luar 1/2 inchi dan setiap 1 inchinya terdapat 12 gang.
2. Standar metris (ISO METRIS)
Ulir metris memiliki sudut puncak sebesar 600
Contoh penulisan : M 12 X 1,75
ARTINYA : Ulir metris dengan diameter terluar 12mm dengan jarak kisar 1,75mm
Perbedaan antara ulir metris dan ulir Withworth
Ulir Metris | Ulir Withworth |
● Simbol M ● Satuan milimeter ● Sudut puncak ulir 60 ● Memakai istilah jarak anatara puncak ulir (kisar) | ● Simbol W ● Satuan inchi ● Sudut puncak ulir 55 ● Memakai istilah jumlah gang per inchi |
3. Standar Amerika
Ulir standar amerika memiliki sudut puncak 600
Cara penulisan : ....(inchi) X gang/1
· .ULIR SEGI EMPAT
merupakan salah satu spare part yang bisa digunakan untuk berbagai fungsi. salah satunya untuk pengatur kedalaman singkal pada roda traktor. fungsi lainya dapat digunakan untuk dongkrak. As Ulir segi empat mempunyai dimensi diameter luar as = 25 mm panjang = 130 mm, 170mm , 350 mm material = metal st 40 kisar = 6 mm
ULIR TRAPESIUM
Bentuk standar ulir trapesium ditetapkan di dalam standar-standar ulir (ONORM M 1540, M 1541, M 1542).
Ulir trapesium memiliki sudut bidang sisi 300
Contoh penulisan : Tr 24 X 5
ARTINYA : sebuah ulir trapesium dengan diameter terluar 24mm dan kisar 5mm
Standar Umum untuk Ulir PITCH (P)
Yang akan dibicarakan di sini adalah ulir menurut ISO Metrik dan MUR ulir Unified. Ulir ISO metrik satuannya dalam milimeter dan ulir Unified satuannya dalam inci.
Pembuatan ulir bisa dilakukan dengan bermacam cara antara lain yaitu dengan: mesin bubut, snei, tap, dan kadang‑kadang bisa juga dengan mesin‑ freis. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan mesin bubut dan dengan snei atau tap. Karena pembuatan ulirnya sebagian besar dengan mesin maka kesalahan dalam pembuatan bisa saja terjadi.
Yang akan dibicarakan di sini adalah ulir menurut ISO Metrik dan MUR ulir Unified. Ulir ISO metrik satuannya dalam milimeter dan ulir Unified satuannya dalam inci.
Pembuatan ulir bisa dilakukan dengan bermacam cara antara lain yaitu dengan: mesin bubut, snei, tap, dan kadang‑kadang bisa juga dengan mesin‑ freis. Yang paling banyak dilakukan adalah dengan mesin bubut dan dengan snei atau tap. Karena pembuatan ulirnya sebagian besar dengan mesin maka kesalahan dalam pembuatan bisa saja terjadi.
1. Pengukuran Diameter Mayor Ulir
Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan menggunakan mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran yang lebih teliti lagi dapat digunakan mikrometer yang memang khusus untuk mengukur uhr, biasanya digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat hasil pengukuran yang lebih teliti lagi, baik dibandingkan dengan menggunakan mistar ingsut maupun dengan menggunakan mikrometer pana, adalah dengan menggunakan alat yang disebut Floating Carriage (Bench) Micrometer. Secara sederhana dapat dilihat gambar dari Bench Micrometer berikut ini.
Untuk melakukan pengukuran menggunakan Bench Micrometer dipe sebagai silinder standar. Misalnya Silinder standar diukur diameter jarum penunjuk (fiducial indikator dari mikrometernya) dapat dibaca ukuran Bench Micrometer, Midilepas dan diganti dengan ulirnya.
Diameter mayor ulir dengan mengros atau silinder yang presisi silinder standar adalah Ds. N Bench Micrometer di mana ys menunjukkan posisi nol ~ja diameter silinder menurut 1. Kemudian silinder standar tidak diukur diameter mayor dicatat harga penqukuran yang pi nya P2. Dengan demikian ulir yang besarnya adalah diameter mayor uhr. diameter silinder standart pembacaan mikrometer igukuran sifinder standar pembacaan mikrometer digukuran diameter mayor ulir.
2. Pengukuran Diameter Minor
Alat ukur yang bisa digunakan untuk rnengukur diameter minor (inti) ulir antara lain adalah, ulir yang ujung ukurnya berbentuk runcing dan Bench Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer biasa yang kedua muka ukurnya memang khusus untuk pengukuran diameter inti ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung diibaca pada skala ukur mikrometer tersebut.
Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Wicrometer maka cara pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya. Ambil silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya diameter silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer terhadap silinder standar misalnya Rj. Kemudian silinder standar dilepaskan dari Bench Mikro meter dan diganti dengan ulir yang akan diukur. Untuk pengukuran diameter inti diperlukan, alat bantu lain yaitu prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai pelengkap dari Floating Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian rupa sehingga bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan memutar mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh permukaan ukur dengan catatan babwa kedudukan fiducial indicator harus betul‑betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui besarnya harga pengukuran, misainya R2.
Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan menggunakan mistar ingsut/jangka sorong. Untuk pengukuran yang lebih teliti lagi dapat digunakan mikrometer yang memang khusus untuk mengukur uhr, biasanya digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat hasil pengukuran yang lebih teliti lagi, baik dibandingkan dengan menggunakan mistar ingsut maupun dengan menggunakan mikrometer pana, adalah dengan menggunakan alat yang disebut Floating Carriage (Bench) Micrometer. Secara sederhana dapat dilihat gambar dari Bench Micrometer berikut ini.
Untuk melakukan pengukuran menggunakan Bench Micrometer dipe sebagai silinder standar. Misalnya Silinder standar diukur diameter jarum penunjuk (fiducial indikator dari mikrometernya) dapat dibaca ukuran Bench Micrometer, Midilepas dan diganti dengan ulirnya.
Diameter mayor ulir dengan mengros atau silinder yang presisi silinder standar adalah Ds. N Bench Micrometer di mana ys menunjukkan posisi nol ~ja diameter silinder menurut 1. Kemudian silinder standar tidak diukur diameter mayor dicatat harga penqukuran yang pi nya P2. Dengan demikian ulir yang besarnya adalah diameter mayor uhr. diameter silinder standart pembacaan mikrometer igukuran sifinder standar pembacaan mikrometer digukuran diameter mayor ulir.
2. Pengukuran Diameter Minor
Alat ukur yang bisa digunakan untuk rnengukur diameter minor (inti) ulir antara lain adalah, ulir yang ujung ukurnya berbentuk runcing dan Bench Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer biasa yang kedua muka ukurnya memang khusus untuk pengukuran diameter inti ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung diibaca pada skala ukur mikrometer tersebut.
Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Wicrometer maka cara pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya. Ambil silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya diameter silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer terhadap silinder standar misalnya Rj. Kemudian silinder standar dilepaskan dari Bench Mikro meter dan diganti dengan ulir yang akan diukur. Untuk pengukuran diameter inti diperlukan, alat bantu lain yaitu prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai pelengkap dari Floating Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian rupa sehingga bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan memutar mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh permukaan ukur dengan catatan babwa kedudukan fiducial indicator harus betul‑betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui besarnya harga pengukuran, misainya R2.
Ø Pengukuran Ulir Dalam
Untuk ulir‑ulir bagian dalam (lubang‑lubang yang berulir) pengukurannya adalah lebih sulit dari pada pengukuran ulir luar. Untuk memeriksa diameter besar dan diameter inti biasanya digunakan alat ukur kaliber batas poros pengukur ulir (thread plug gauge) yang diberi batasan GO dan NO GO. Kaliber poros pemeriksa ulir ini mempunyai bentuk ulir yang agak kurus dengan sudut ulir yang agak kecil serta longgar pada diameter intinya. Untuk memeriksa diameter efektif ulir dalam dapat digunakan kaliber poros pemeriksa ulir GO dan NO GO.
Pada bagian diameter puncak dan diameter pembuatannya dilonggarkan, namun masih tetap mempunyai sudut dan jarak kisar yang tepat. Sedangkan untuk memeriksa diameter kecilnya bisa digunakan kaliber poros yang lurus yang permukaannya rata dan halus, disebut juga kaliber poros tirus GO dan NO GO (plug plain gauge). Untuk mengukur sudut dan jarak puncak ulir dapat dilakukan dengan cara membuat suatu
cetakan sehingga cetakan yang terjadi menyerupai ulir luar. Bahan untuk membuat cetakan tersebut biasanya adalah belerang atau lak. Pengukuran yang dilakukan adalah terhadap cetakan yang kita buat dan alat ukur yang digunakan biasanya dengan proyektor bentuk. Untuk mencetak ulir dalarn dengan lak maka tidak semua ulirnya di cetak, tetapi cukup sepertiganya saja. Bila bahan yang dibuat untuk cetakan, adalah lilin rnaka sebaiknya lilin itu dilengkapi pegangan dimasukan ng dicowak (dikurangi sebaglan permukaannya), kemudian lilin yang ada di ujung pipa tersebut ditekankan pada ulir. Dengan cara‑cara tersebut akan diperoleh profil‑profil dari ulir dalam yang kemudian dilakukan penqukuran seperti halnya mengukur ulir luar.
1.1. Toleransi Ulir
Seperti halnya poros dan lubang, maka untuk mur dan baut juga berlaku hal yang sama dalam kaitannya dengan masalah toleransi. Untuk mendefinisikan daerah toleransi ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu garis nol sebagai garis profit dasar, penyimpangan fundamental dari posisi daerah toleransi. Untuk ulir baut biasanya daerah‑toleransinya adalah c, g, dan h. Sedangkan untuk ulir mur daerah toleransinya adalah G dan H.
Untuk suaian yang sering digunakan pada pasangan antara mur dan baut adalah H/g, H/h dan G/h. MisaInya : untuk ulir M6, digunakan pasangan 6H/6g, untuk ulir M12 x 1.25, digunakan pasangan 5H14h,
untuk ulir M20 x 2, digunakan pasangan 7G16h.
Penyimpangan bawah untuk toleransi H adalah: E 1 H ~0. Untuk kelas toteransi 8: Tc12(8) = 1.6 Td2(6). Untuk diameter minor mur dengan kelas toleransi 6 diperoleh harga penyimpangan atas untuk toleransi e adalah = toleransinya.
1.2. Kelas Toleransi Ulir d p m, d = diameter luar ulir
Menurut ISO 4218, toleransi dari ulir ada 7 kelas yaitu kelas 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Kelas 3, 4 dan 5 digunakan untuk ulir‑ulir yang presisi, melihat persamaan‑persamaan di atas maka nampaknya kelas di mana variasi suaian sedikit/kecil dan jarak/panjang pasangan ulirnya adalah pendek. Kelas toleransi ulir nomor 6 adalah untuk kelas yang toleransi 6 merupakan dasar untuk menghitung toleransi dari kelas menengah di mana mur dan baut yang dibuat diperlukan untuk pernakelas yang lain. Berdasarkan pengalaman, maka dapat dihitung harga saran.
Kelas toleransi 7, 8 dan 9 adalah untuk ulir‑ulir yang kurang harga toleransi untuk kelas toleransi selain 6 yaitu untuk perhitungan presisi, diameter efektifnya baik untuk baut maupun mur toleransi yang digunakan untuk pern Rumus‑rumus untuk toleransi diameter efektif baut dengan kelas.
Berikut ini beberapa kelas ada diameter minor dan toleransi 3, 4, 5, 7, 8, d an 9: buatan ulir pada mur dan baut, khususnya p diameter mayor.
Diameter minor mur D 1 kelas toleransinya: 4, 5, 6, 7, dan 8. Tde(3) = 0.5 Tde(6) Tde(4) = 0.63 Tde(6)
Diameter mayor baut d2 kelas toleransinya: 4, 6 dan Tde(5) = 0.8 Tde(6) Tdeffl = 1.25 Tde(6)
Diameter efektif mur De, kelas toleransinya: 4, 5, 6, 7, 8. Tde(g) = 1.6 Tde(6) Tde(9) = 2 Tde(6)
Diameter efektif baut de, kelas toleransinya: 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
Beberapa rumus yang digunakan menghitung toleransi tersebut. Untuk harga toleransi dari diameter mayor baut pada kelas toleransi 6, rumusnya adalah: TDe(6) = 1.32 Tde(6) TDeffl = 1.7 Tde(6)
Td2(6) = 180 ‑'~' P^‑ ‑ 3.15 pm TDe(g) = 2.12 Tde(6)
Untuk ulir‑ulir bagian dalam (lubang‑lubang yang berulir) pengukurannya adalah lebih sulit dari pada pengukuran ulir luar. Untuk memeriksa diameter besar dan diameter inti biasanya digunakan alat ukur kaliber batas poros pengukur ulir (thread plug gauge) yang diberi batasan GO dan NO GO. Kaliber poros pemeriksa ulir ini mempunyai bentuk ulir yang agak kurus dengan sudut ulir yang agak kecil serta longgar pada diameter intinya. Untuk memeriksa diameter efektif ulir dalam dapat digunakan kaliber poros pemeriksa ulir GO dan NO GO.
Pada bagian diameter puncak dan diameter pembuatannya dilonggarkan, namun masih tetap mempunyai sudut dan jarak kisar yang tepat. Sedangkan untuk memeriksa diameter kecilnya bisa digunakan kaliber poros yang lurus yang permukaannya rata dan halus, disebut juga kaliber poros tirus GO dan NO GO (plug plain gauge). Untuk mengukur sudut dan jarak puncak ulir dapat dilakukan dengan cara membuat suatu
cetakan sehingga cetakan yang terjadi menyerupai ulir luar. Bahan untuk membuat cetakan tersebut biasanya adalah belerang atau lak. Pengukuran yang dilakukan adalah terhadap cetakan yang kita buat dan alat ukur yang digunakan biasanya dengan proyektor bentuk. Untuk mencetak ulir dalarn dengan lak maka tidak semua ulirnya di cetak, tetapi cukup sepertiganya saja. Bila bahan yang dibuat untuk cetakan, adalah lilin rnaka sebaiknya lilin itu dilengkapi pegangan dimasukan ng dicowak (dikurangi sebaglan permukaannya), kemudian lilin yang ada di ujung pipa tersebut ditekankan pada ulir. Dengan cara‑cara tersebut akan diperoleh profil‑profil dari ulir dalam yang kemudian dilakukan penqukuran seperti halnya mengukur ulir luar.
1.1. Toleransi Ulir
Seperti halnya poros dan lubang, maka untuk mur dan baut juga berlaku hal yang sama dalam kaitannya dengan masalah toleransi. Untuk mendefinisikan daerah toleransi ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu garis nol sebagai garis profit dasar, penyimpangan fundamental dari posisi daerah toleransi. Untuk ulir baut biasanya daerah‑toleransinya adalah c, g, dan h. Sedangkan untuk ulir mur daerah toleransinya adalah G dan H.
Untuk suaian yang sering digunakan pada pasangan antara mur dan baut adalah H/g, H/h dan G/h. MisaInya : untuk ulir M6, digunakan pasangan 6H/6g, untuk ulir M12 x 1.25, digunakan pasangan 5H14h,
untuk ulir M20 x 2, digunakan pasangan 7G16h.
Penyimpangan bawah untuk toleransi H adalah: E 1 H ~0. Untuk kelas toteransi 8: Tc12(8) = 1.6 Td2(6). Untuk diameter minor mur dengan kelas toleransi 6 diperoleh harga penyimpangan atas untuk toleransi e adalah = toleransinya.
1.2. Kelas Toleransi Ulir d p m, d = diameter luar ulir
Menurut ISO 4218, toleransi dari ulir ada 7 kelas yaitu kelas 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Kelas 3, 4 dan 5 digunakan untuk ulir‑ulir yang presisi, melihat persamaan‑persamaan di atas maka nampaknya kelas di mana variasi suaian sedikit/kecil dan jarak/panjang pasangan ulirnya adalah pendek. Kelas toleransi ulir nomor 6 adalah untuk kelas yang toleransi 6 merupakan dasar untuk menghitung toleransi dari kelas menengah di mana mur dan baut yang dibuat diperlukan untuk pernakelas yang lain. Berdasarkan pengalaman, maka dapat dihitung harga saran.
Kelas toleransi 7, 8 dan 9 adalah untuk ulir‑ulir yang kurang harga toleransi untuk kelas toleransi selain 6 yaitu untuk perhitungan presisi, diameter efektifnya baik untuk baut maupun mur toleransi yang digunakan untuk pern Rumus‑rumus untuk toleransi diameter efektif baut dengan kelas.
Berikut ini beberapa kelas ada diameter minor dan toleransi 3, 4, 5, 7, 8, d an 9: buatan ulir pada mur dan baut, khususnya p diameter mayor.
Diameter minor mur D 1 kelas toleransinya: 4, 5, 6, 7, dan 8. Tde(3) = 0.5 Tde(6) Tde(4) = 0.63 Tde(6)
Diameter mayor baut d2 kelas toleransinya: 4, 6 dan Tde(5) = 0.8 Tde(6) Tdeffl = 1.25 Tde(6)
Diameter efektif mur De, kelas toleransinya: 4, 5, 6, 7, 8. Tde(g) = 1.6 Tde(6) Tde(9) = 2 Tde(6)
Diameter efektif baut de, kelas toleransinya: 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
Beberapa rumus yang digunakan menghitung toleransi tersebut. Untuk harga toleransi dari diameter mayor baut pada kelas toleransi 6, rumusnya adalah: TDe(6) = 1.32 Tde(6) TDeffl = 1.7 Tde(6)
Td2(6) = 180 ‑'~' P^‑ ‑ 3.15 pm TDe(g) = 2.12 Tde(6)




Tidak ada komentar:
Posting Komentar